Terima kasih sebelumnya telah berkenan mengunjungi blog saya yang sederhana ini.

Cari Blog Ini

Jumat, 15 Januari 2010

ARTIKEL GREEN DAY


Green Day: '21st CENTURY BREAKDOWN', Punk Opera Berdurasi 70 Menit

KapanLagi.com -
Oleh: Galih Akbar

Green Day memang bukan The Clash yang memanaskan telinga anggota kerajaan Inggris dengan riot and chaos, namun Green Day justru jauh lebih sukses daripada Joey Ramone beserta Ramonesnya, lebih tepatnya Green Day memang ditakdirkan untuk menjadi counter culture dari American Dreams.

15 tahun lalu Billy Joe Armstrong, Mike Dirnt dan Tre Cool adalah tiga remaja berusia 19 tahun yang hanya memainkan tiga chords sambil berteriak-teriak mengaku tanpa motivasi, semuanya tergambar jelas lewat album KERPLUNK serta DOOKIE. Kini, trio asal California ini adalah musisi berusia kepala tiga yang benar-benar paham cara merekam album dan tetap lantang berteriak, kali ini soal sesuatu yang esensial dan mendasar dalam tataran punk, sosio-politis.

Sebuah titik balik Armstrong dan kawan-kawan memang telah terjadi pada 2004 lalu, AMERICAN IDIOT yang terjual lebih dari 12 juta kopi dan muncul 18 bulan dari invasi Irak terbukti manjur membuat Green Day lepas dari midlife crisis yang kerapkali menghantui musisi untuk terus berkarya, dari titik inilah mereka berbeda dengan 'B class of punk' generasi SUM 41 sampai pop-punk ala All American Rejects.

Lima tahun berselang, Green Day kembali dengan 21ST CENTURY BREAKDOWN, sebuah rangkaian punk-rock opera yang lebih detail dan fokus dari opera AMERICAN IDIOT. Proses rekaman yang panjang dan sentuhan produser Butch Vig membuat album yang rilis pada 15 Mei ini potensial untuk mendulang sukses serupa.

Dalam album berdurasi 70 menit dengan tiga bagian berbeda tersebut, secara tema politis, Green Day merekonstruksi Amerika era Bush dan transisinya dengan era Obama. Secara musikal, Green Day rupanya mengadopsi gaya AMERICAN IDIOT, inilah warna baru musik mereka pasca WARNING.

Bagian pertama, Heroes and Cons mengetengahkan single Know Your Enemy yang membuat Armstrong dan dua kawan mainnya sejak kecil tersebut kembali menghidupkan spirit ala Rage Against The Machine, setelah 58 detik sebelumnya dibuka oleh AM radio track bertitel Song Of The Century. Di bagian ini juga terdapat Viva La Gloria, sebuah track yang menceritakan karakter salah satu tokoh sentral dalam album ini, Gloria, yang cenderung idealis-politis, senada dengan beat fast tempo yang dibuka dengan intro keyboard bernada minor.

Track berikutnya, Christian's Inferno, bercerita tentang sosok Christian, seorang impulsive nan desperate, yang nantinya akhirnya saling jaga satu sama lain dengan Gloria, di sini Armstrong bersing-a-long sambil berpuisi dengan dilatari oleh bass middle-treble, shyntesizer, serta gebukan drum seperempat tempo khas punk-rock.

Bagian kedua, Charlatans and Saints menampilkan East Jesus Nowhere sebagai single, mengingatkan track Jesus Of Suburbia yang dipenuhi oleh pertanyaan seputar genosida dan saling hujat, yang ironisnya justru didasari oleh fanatisme beragama. Kemudian ada Peacemaker, track yang mengawinkan flamenco dan punk-rock, sebuah satir perdamaian yang dirayakan meriah lengkap dengan marriachi.

Opera ala Green Day ini berakhir di bagian ke-3, Horseshoes and Handgrenades, bagian yang benar-benar terasa spirit of punk-nya, dengan track keras macam 21 Guns, serta American Eulogy. Tema album yang mengkritisi degradasi moral kebangsan yang beradu dengan romantisme idealisme kian tertangkap jelas di bagian penutup ini.

Overall, dalam album kedelapannya ini, Green Day terus berorasi soal borok-borok hypocrisy di negeri yang menamakan dirinya sendiri adikuasa, mereka bercerita soal kebangkitan Amerika yang terpuruk saat dipimpin oleh seorang George W. Bush, bahkan romantisme cinta idealis namun tak murahan layaknya Romeo & Juliet juga mereka hadirkan.

Green Day memang tak pernah mengemukakan solusi, tapi bukankah itu semua tak penting, ketika provokasi Billy Joe Armstrong mampu membuat orang Amerika menanyakan kembali nasionalisme mereka, dan semua itu dilakukan lewat musik proletar yang 'haram' disentuh kapitalisme, punk. (kpl/bar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar